
Pulau Kemaro. DOK: Autorin
Sender.co.id - Dahulu kala, di Kerajaan Sriwijaya, hiduplah seorang putri cantik bernama Siti Fatimah. Ia adalah putri seorang raja Melayu yang sangat bijaksana. Pada masa yang sama, ada seorang pedagang kaya dari Tiongkok bernama Tan Bun An yang datang ke Palembang untuk berdagang. Tan Bun An bertemu dengan Siti Fatimah dan jatuh cinta padanya. Setelah perkenalan yang panjang, Tan Bun An memutuskan untuk melamar Siti Fatimah.
Raja menyetujui lamaran tersebut dengan syarat Tan Bun An harus membawa hadiah berupa emas dari Tiongkok untuk pernikahan mereka. Tan Bun An pun kembali ke negerinya untuk mengambil harta tersebut.
Setelah mendapatkan emas dan hadiah berharga lainnya, Tan Bun An berlayar kembali ke Palembang. Dalam perjalanan, ia merasa khawatir jika barang-barang berharganya akan dirampok oleh bajak laut. Untuk menyembunyikan harta tersebut, ia memutuskan untuk memasukkan emasnya ke dalam guci dan menutupinya dengan sayur-sayuran agar tidak terlihat mencolok.
Setibanya di Pulau Kemaro, Tan Bun An membuka guci-guci tersebut, namun hanya melihat sayur-sayuran. Ia tidak menyadari bahwa emasnya tersembunyi di dasar guci, sehingga ia marah dan membuang guci-guci tersebut ke Sungai Musi.
Setelah beberapa saat, Tan Bun An menyadari kesalahannya dan menyelam ke sungai untuk mencari harta yang dibuangnya. Namun sayangnya, ia tidak pernah kembali. Mengetahui hal ini, Siti Fatimah yang menunggu di tepi sungai merasa sedih dan memutuskan untuk melompat ke sungai dan mengikuti kekasihnya.
Sebelum terjun, Siti Fatimah berpesan kepada pengikutnya bahwa jika suatu hari muncul sebuah bukit di tengah Sungai Musi, itu adalah kuburannya. Benar saja, tidak lama setelah peristiwa itu, muncul sebuah pulau kecil di tengah sungai yang kemudian dikenal sebagai Pulau Kemaro. (DY)
Komentar